Senin, 05 Januari 2015

Beramal Dengan Cinta Dalam Maulid Nabi

12 Rabiul Awal 1436 H pada tahun ini tepat jatuh pada tanggal 3 Januari 2015 M. Bukan suatu rahasia lagi bahwa setiap bulan Rabiul Awal umat muslim diberbagai belahan penjuru dunia ikut berbahagia menyambut bulan kelahiran Rosulullah Saw. Tidak kalah meriahnya juga di tanah air, dari kalangan masyarakat umum, lingkungan Ponpes, bahkan sampai kepada instansi pemerintahan pun juga tak mau ketinggalan untuk ikut merayakanya.Lain perayaan tahun baru yang penuh dengan hura-hura dengan segala gegap gempitanya, lain pula perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. Suasana yang jelas sangat berbeda, untaian-untaian dzikir tertata dengan rapi disetiap lisan para jama'ah yang hadir.

Namun belakangan sebagian saudara-saudara kita orang-orang saleh melalui pemahamannya secara sistematis, mendegradasi bentuk-bentuk cinta kepada Rasul seperti Maulidan, Shalawatan, Dibaan, barzanjian, sampai Tahlilan dan ziarah kubur yang sudah diamalkan selama ratusan tahun sebagai sebuah stigma yang sangat negatif. Setelah dianjurkan untuk ditinggalkan, memperingati Maulidun Nabi, bahkan dianggap sebagai sebuah tindakan kultus individu. Sebuah stigma yang sungguh menyakitkan hati orang beriman. Bagaimana tidak, hari lahir dirinya, anak dan istrinya atau organisasinya diperingati, sementara hari lahir Nabi yang mulia malah dilarang bahkan diharamkan.. Duh Gusti!

Stigma megatif ini semakin menjadi pukulan telak begitu kita mencintai Baginda Rasul Saw lalu dianggap sebagai sebuah bid'ah. Setiap bid'ah adalah menyesatkan dan setiap yang sesat di neraka. Kalau kategori ini dijadikan alat justifikasi dan labelisasi, maka tentu tak terbilang berapa jumlahnya muslimin-muslimat 'kampung' yang begitu mencintai Nabi-nya, bakal terhantam julukan menyakitkan sebagai pelaku praktik bid'ah dan ahli neraka.

Dakwah mereka, bukan saja telah sukses membuat kita semakin jauh dari cinta kepada Baginda Rasul Saw, tetapi juga telah merasa berkuasa menentukan kapling-kapling surga dan neraka sebagai milik mereka.

Cinta kita di dunia ini sejatinya adalah cinta tak berbalas sedang cinta kepada Rasul Saw adalah cinta sejati. Kata-kata seperti apalagi yang dapat menjelaskan betapa agungnya kecintaan Rasul kepada kita, sampai-sampai menjelang tarikan napasnya yang terakhir, yang muncul justru desahan kalimat “ummati-ummati [umatku-umatku] dari dua belahan bibir beliau yang suci. Karena itu, sebuah riwayat menjelaskan, jika seorang ummat Islam berziarah lalu menyampaikan salam, maka Baginda Rasul akan memohon kepada Allah agar mengembalikan rohnya untuk menjawab salam tersebut.

Dalam hadits shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa Sekali waktu menjelang shalat berjamaah di Masjidin Nabi, seorang badui Arab bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”

Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “’Anta ma’a man ahbabta. (Kalau begitu), engkau akan bersama dengan yang engkau cinta)” (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639).

Sahabat Anas Bin Malik r.a menggambarkan, ”Aku belum pernah melihat kaum Muslimin berbahagia setelah masuk Islam karena sesuatu seperti bahagianya mereka ketika mendengar sabda Nabi itu.”

Kita semestinya sadar bahwa amal sebesar apa pun tak akan mampu mengantar kita bertemu Allah. Hanya cinta kepada-Nya dan kepada Rasulullah Saw yang mampu mengantar kita bertemu Allah. Wallaahu a’lamu bishshawaab.
11:20 AMNo comments

Selasa, 28 Oktober 2014

Kisah Nabi Khidir A.s dan Nabi Ilyas A.s

Di dalam kitab "Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah" karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki halaman 5 diterangkan yang artinya sebagai berikut:

Telah berkata guru dari guru-guru kami, Sayyid Mushtofa Al-Bakri: Telah berkata Al-'Ala'i di dalam kitab tafsirnya bahwa sesungguhnya Nabi Khidir dan Nabi Ilyas as hidup kekal sampai hari kiamat. Nabi Khidir as berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di lautan.

Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling di sekitar gunung-gunung sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di gunung-gunung. Inilah kebiasaan mereka di waktu siang hari. Sedangkan di waktu malam hari mereka berkumpul di bukit Ya'juj wa Ma'luj (يأجوج و مأجوج) sambil mereka menjaganya.

Dan diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas berjumpa pada tiap-tiap tahun di Mina (Saudi Arabia). Mereka saling mencukur rambutnya secara bergantian. Kemudian mereka berpisah dengan mengucapkan kalimat:

بسم الله ما شاء الله لا يسوق الخير الا الله
بسم الله ما شاء الله لا يصرف السو ء الا الله
بسم الله ما شاء الله ما كان من نعمة فمن الله
بسم الله ما شاء الله لا حول و لا قوة الا بالله

Maka barangsiapa mengucapkan kalimat-kalimat ini pada waktu pagi dan sore hari, maka ia akan aman dari tenggelam, kebakaran, pencurian, syaitan, sultan, ular, dan kalajengking.

Dan telah dikeluarkan oleh Ibnu 'Asakir bahwa sesungguhnya Nabi Khidir dan Nabi Ilyas itu berpuasa Ramadhan di Baitul Maqdis (Palestina) dan mereka melakukan ibadah haji pada tiap-tiap tahun. Mereka minum air zamzam dengan sekali tegukan, yang mencukupkan mereka seperti minuman dari Kabil.

Sebagian ulama menceritakan bahwa sesungguhnya Nabi Khidir itu putera Nabi Adam as yang diciptakan dari tulang iganya. Menurut segelintir kecil ulama lagi beliau putera Halqiya. Ada yang mengatakan putera Kabil bin Adam. Adapula yang mengatakan beliau itu cucunya Nabi Harun as, yaitu putera bibinya Iskandar Dzul Qarnain. Dan Perdana Menterinya benar-benar aneh mengatakan bahwa Nabi Khidir itu dari golongan malaikat.

Sedangkan, menurut pendapat ulama yang paling shohih adalah bahwa Khidir itu adalah seorang Nabi. Menurut ulama jumhur beliau itu masih hidup dan beliau tidak akan pernah meninggal terkecuali pada hari kiamat apabila Al-Qur'an telah diangkat dan Dajjal telah membunuhnya. Kemudian, Allah menghidupkannya kembali. Sesungguhnya, beliau itu masa hidupnya panjang sekali. Karena, beliau meminum air kehidupan.
10:00 AM1 comment

Akibat Lupa "Bersholawat" Kepada Rosulullah

Imam Al-Ghazali meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang lupa membaca shalawat kepada RasulullahSAW.

Lalu pada suatu malam ia bermimpi melihat Rasulullah SAW tidak mau menoleh kepadanya,dia bertanya;

“Ya Rasulullah, apakah engkau marah kepadaku?”

Beliau menjawab, “Tidak.”

Dia bertanya lagi, “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku?”

Beliau menjawab, “Karena aku tidak mengenalmu.”

Laki-laki itu bertanya, “Bagaimana engkau tidak mengenaliku, sedang aku adalah salah satu dari umatmu?

Para ulama meriwayatkan bahwa :

"Sesungguhnya engkau lebih mengenali umatmu dibanding seorang ibu mengenali anaknya?”

Rasulullah SAW menjawab, “Mereka benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka kepadaku"

Terbangunlah laki-laki itu dan mengharuskan dirinya untuk bershalawat kepada Rasulullah SAW, setiap hari 100 kali. Dia selalu melakukan itu, hingga dia melihat Rasululah SAW lagi dalam mimpinya.

Dalam mimpinya tersebut RasulullahSAW bersabda :

“Sekarang aku mengenalmu dan akan memberi syafa’at kepadamu.

”Yakni karena orang tersebut telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah SAW dengan memperbanyak shalawat kepada beliau…

"Maka barangsiapa yang ingin dikenali oleh Rasulullah SAW, hendaklah ia memperbanyak bacaan shalawatnya.. Maka Shollu ‘Alan-Nabiyyil Musthafa.."

Sumber : Dikutip dari Kitab Mukasyafatul Qulub, bab IX, hal 55, karangan Hujjatul Islam Al Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali RA
7:30 AMNo comments

Senin, 27 Oktober 2014

Nasionalisme Apa Ada Dalilnya ?

Banyak beredar di FB pernyataan seorang ustadz muallaf dari sebuah harokah yang kami tidak ketahui dari mana dia belajar ilmunya, yang menyatakan bahwa nasionalisme atau cinta tanah air tidak ada dalilnya.



Kita baca dahulu sebuah riwayat:



عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أُخْرِجَ مِنْ مَكَّةَ : اِنِّي لَأُخْرَجُ مِنْكِ وَاِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكِ أَحَبُّ بِلَادِ اللهِ اِلَيْهِ وَأَكْرَمُهُ عَلَى اللهِ وَلَوْلَا أَنَّ أَهْلَكَ أَخْرَجُوْنِي مِنْكِ مَا خَرَجْتُ مِنْكِ (مسند الحارث – زوائد الهيثمي – ج 1 / ص 460)

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa saat Nabi diusir dari Makkah beliau berkata: Sungguh aku diusir dariMu (Makkah). Sungguh aku tahu bahwa engkau adalah Negara yang paling dicintai dan dimuliakan oleh Allah. Andao pendudukmu (Kafir Quraisy) tidak mengusirku dari mu, maka aku takkan meninggalkanmu (Makkah)” (Musnad al-Haris, oleh al-Hafidz al-Haitsami 1/460)



Dan ketika Nabi pertama sampai di Madinah beliau berdoa lebih dahsyat:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ (صحيح البخارى – ج 7 / ص 161)

“Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah” (HR al-Bukhari 7/161)



Jadi cinta tanah air ada dalilnya atau hanya karena tidak tahu dalilnya???
7:30 AMNo comments

Minggu, 26 Oktober 2014

Rindu Kepada Rasulullah SAW

Dulu di masa Rasulullah, di dalam Masjid Nabawi yang mulia, ada sebatang pohon kurma tepat di bagian depannya. Di batang pohon kurma ini jika Rasulullah khutbah, taklim atau membacakan wahyu, beliau sering bersandar, bertelekan, atau memeluknya. Sampai kemudian para sahabat membangunkan untuk beliau sebuah mimbar, agar Rasulullah bisa berbicara dengan posisi yang lebih baik menurut sahabat. Setelah beberapa waktu beliau berceramah di atas mimbar, suatu ketika Rasulullah melewati pohon kurma ini untuk menuju mimbar.

Dan apa yang terjadi? Pohon kurma ini terdengar menangis merintih sedih. Ini salah satu mukjizat nabi. Pohon kurma menangis karena rindu nabi, Pohon kurma ini menangis tak terdiamkan. Lalu Rasulullah turun dari mimbar dan memeluknya, melepas urai kerinduan pohon kurma pada beliau. Kata Rasulullah, "Sungguh jika aku tak memeluknya, niscaya tangisnya akan terdengar sampai hari kiamat datang."

Duhai, betapa rindunya kurma itu! Sungguh, kita kaum Muslimin jauh lebih berhak dan wajib merindukan Rasulullah dibanding sepucuk pohon kurma. Sudahkah kita merindukan beliau, jauh melebihi kerinduan pohon kurma itu?

Tsauban seorang pembantu nabi, suatu hari nampak sangat bersedih dan wajahnya murung sekali. Kemudian Rasullah bertanya, kenapa Tsauban? Lalu Tsauban berkata dengan nada penuh iba.  “Jika engkau wafat nanti, duhai nabi. Engkau akan diangkat ke surga oleh yang Maha Tinggi, kemudian engkau akan dikumpulkan dengan setiap para nabi. Sementara aku hanya pembantu sederhanamu. Mungkinkah kita bertemu lagi?” Tsauban sudah merindukan nabi, bahkan saat dia belum berpisah lagi. Tsauban takut tak akan berjumpa lagi, meski saat itu masih bersama beliau! Lalu Rasulullah mendoakan Tsauban memasuki surga dan berkumpul kelak bersama Rasulillah.

Duhai Rasulullah, kami juga ingin bersamamu kelak, mungkinkah?

Bilal, menjelang wafatnya didampingi istrinya yang menangis sedih. Tapi raut muka Bilal yang indah, justru nampak berbahagia. Istrinya sedih karena merasa akan berpisah dengan Bilal, selamanya. Sementara Bilal berbahagia, karena dia merasa akan segera berjumpa dan bertemu dengan kekasihnya, manusia mulia yang tercinta: Rasulullah Saw. Istri Bilal mengulang-ulang kata, “Alangkah sedih. Alangkah sedihnya.” Sementara Bilal menjawab dengan bahagia, “Tidak, aku sangat berbahagia, akan segera bertemu nabi kekasihku, juga para sahabatnya. Aku bahagia!”

Duhai diri lecutlah diri untuk merindukanmu Yaa Rasulullah. Selalu Kami rindu padamu ya Rasulullah, sangat rindu padamu

Sahabat Abubakar yang mulia pernah berkata, Jika aku mati nanti, tak seorang pun akan melihatku. Sungguh bagiku malam-malam yang paling bahagia bagiku adalah malam kematianku. Karena aku segera bertemu denganmu, duhai Rasulullah.(HR Ahmad). Bagi Abubakar ra, kerinduan pada Rasulullah benar-benar memanggang dan membakar dirinya. Belahan jiwanya itu telah berpisah. karenanya Al Wasithi pernah menuliskan, “Penyebab kematian Abubakar adalah wafatnya Nabi Saw.” Sepeninggal beliau, Abubakar selalu dirundung rindu Rasulullah.

Allahuma shalli 'ala Sayidina Muhammad, kami rindu padamu ya Rasulullah, sangat rindu. Kutulis ini dengan genang air mata rindu yang tak tertahan oleh pelupuknya.

Anas bin Malik pembantu dan sahabat mulia Rasulullah juga berkata, “Tak ada yang dicintai dan dirindui para sahabat nabi melebihi Rasulillah.” Anas bin Malik adalah pembantu beliau yang diberikan seorang sahabat Anshar Abu Thalhah pada Rasulullah. sejak saat itu Anas tak mau berpisah! Meski belia, Anas sudah tahu betul apa arti dan rasa rindunya pada Rasulullah Saw. Hari-hari pertama tak pernah dilepasnya tangan Rasulillah.

Pembantu nabi lain adalah bekas pembantu Ummu Salamah, namanya Safinah. Beliau senang sekali diberi nama Safinah oleh Rasulullah. Sejak saat itu beliau akan marah jika dipanggil bukan dengan sebutan nama pemberian Rasulullah. Duhai besar nian cintanya. Safinah telah dibebas-merdekakan oleh Rasulillah. Tapi Safinah tak sanggup pergi dari beliau, karena hatinya selalu digulung rindu pada Rasulullah.

Abdullah ibn Mas’ud punya cara tersendiri untuk mencintai dan membunuh rindunya pada Rasulullah Saw. cara hebat nan dahsyat. Ibnu Mas’ud selalu membawa sandal Rasulullah. Tidaklah sandal Rasulullah dilepas kecuali selalu dibawa dan dikempit di antara lengannya.

Ada seorang sahabat bernama Jabir bin Abdillah Bajali, ketika majelis nabi disesaki jamaah dia hanya mendapat duduk di luar pintu masjid. Rasulullah melihatnya. lalu Rasulullah melipat jubahnya, berjalan ke arah Jabir dan menyerahkan jubah agar dijadikan alas duduknya. Lalu Jabir menerimanya, kemudian jubah Rasulullah itu diciuminya dengan penuh rindu. Penuh rindu yang meletup-letupkan dada. Lalu Jabir kemudian berdoa, “Semoga engkau selalu dimuliakan seperti engkau memuliakan aku ya Rasulullah.”

Sudahkah kalian merindukan Sang Kekasih seperti Para Sahabat-sahabatnya? Duhai betapa dahsyatnya rindu itu.

Sumber : Kumpulan Cerita Nabi Muhammad SAW (Cinta Rasul)
9:30 AMNo comments

Sabtu, 25 Oktober 2014

Kisah Ibnu Battutah


Abu Abdullah Muhammad bin Battutah (24 Februari 1304 M - 1368 M  atau 1377 M ) adalah seorang pengembara Berber Maroko. Atas dorongan Sultan Maroko, Ibnu Batutah mendiktekan beberapa perjalanan pentingnya kepada seorang sarjana bernama Ibnu Juzay, yang ditemuinya ketika sedang berada di Iberia. Meskipun mengandung beberapa kisah fiksi, Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlengkap yang berasal dari abad ke-14.
Hampir semua yang diketahui tentang kehidupan Ibnu Batutah datang dari dirinya sendiri.

Meskipun dia mengiklankan bahawa hal-hal yang diceritakannya adalah apa yang dia lihat atau dia alami, kita tak bisa tahu kebenaran dari cerita tersebut. Lahir di Tangier, Maroko antara tahun 1304 dan 1307, pada usia sekitar dua puluh tahun Ibnu Batutah berangkat haji -- ziarah ke Mekah. Setelah selesai, dia melanjutkan perjalanannya hingga melintasi 120.000 kilometer sepanjang dunia Muslim (sekitar 44 negara modern).

Perjalanannya ke Mekah melalui jalur darat, menyusuri pantai Afrika Utara hingga tiba di Kairo. Pada titik ini ia masih berada dalam wilayah Mamluk, yang relatif aman. Jalur yang umu digunakan menuju Mekah ada tiga, dan Ibnu Batutah memilih jalur yang paling jarang ditempuh: pengembaraan menuju sungai Nil, dilanjutkan ke arah timur melalui jalur darat menuju dermaga Laut Merah di 'Aydhad. Tetapi, ketika mendekati kota tersebut, ia dipaksa untuk kembali dengan alasan pertikaian lokal.

Kembail ke Kairo, ia menggunakan jalur kedua, ke Damaskus (yang selanjutnya dikuasai Mamluk), dengan alasan keterangan/anjuran seseorang yang ditemuinya di perjalanan pertama, bahwa ia hanya akan sampai di Mekah jika telah melalui Suriah. Keuntungan lain ketika memakai jalur pinggiran adalah ditemuinya tempat-tempat suci sepanjang jalur tersebut -- Hebron, Yerusalem, dan Betlehem, misalnya -- dan bahwa penguasa Mamluk memberikan perhatian khusus untuk mengamankan para peziarah.

Setelah menjalani Ramadhan di Damaskus, Ibnu Batutah bergabung dengan suatu rombongan yang menempuh jarak 800 mil dari Damaskus ke Madinah, tempat dimakamkannya Muhammad. Empat hari kemudian, dia melanjutkan perjalanannya ke Mekah. Setelah melaksanakan rangkaian ritual haji, sebagai hasil renungannya, dia kemudian memutuskan untuk melanjutkan mengembara. Tujuan selanjutnya adalah Il-Khanate (sekarang Iraq dan Iran.
Dengan cara bergabung dengan suatu rombongan, dia melintasi perbatasan menuju Mesopotamia dan mengunjungi najaf, tempat dimakamkannya khalifah keempat Ali. Dari sana, dia melanjutkan ke Basrah, lalu Isfahan, yang hanya beberapa dekade jaraknya dengan penghancuran oleh Timur. Kemudian Shiraz dan Baghdad (Baghdad belum lama diserang habis-habisan oleh Hulagu Khan).

Di sana ia bertemu Abu Sa'id, pemimpin terakhir Il-Khanate. Ibnu Batutah untuk sementara mengembara bersama rombongan penguasa, kemudian berbelok ke utara menuju Tabriz di Jalur Sutra. Kota ini merupakan gerbang menuju Mongol, yang merupakan pusat perdagangan penting.

Setelah perjalanan ini, Ibnu Batutah kembali ke Mekah untuk haji kedua, dan tinggal selama setahun sebelum kemudian menjalani pengembaraan kedua melalui Laut Merah dan pantai Afrika Timur. Persinggahan pertamanya adalah Aden, dengan tujuan untuk berniaga menuju Semenanjung Arab dari sekitar Samudera Indonesia. Akan tetapi, sebelum itu, ia memutuskan untuk melakukan petualangan terakhir dan mempersiapkan suatu perjalanan sepanjang pantai Afrika.

Menghabiskan sekitar seminggu di setiap daerah tujuannya, Ibnu Batutah berkunjung ke Ethiopia, Mogadishu, Mombasa, Zanzibar, Kilwa, dan beberapa daerah lainnya. Mengikuti perubahan arah angin, dia bersama kapal yang ditumpanginya kembali ke Arab selatan. Setelah menyelesaikan petualangannya, sebelum menetap, ia berkunjung ke Oman dan Selat Hormuz. Setelah selesai, ia berziarah ke Mekah lagi.

Setelah setahun di sana, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan di kesultanan Delhi. Untuk keperluan bahasa, dia mencari penterjemah di Anatolia. Kemudian di bawah kendali Turki Saljuk, ia bergabung dengan sebuah rombongan menuju India. Pelayaran laut dari Damaskus mendaratkannya di Alanya di pantai selatan Turki sekarang. Dari sini ia berkelana ke Konya dan Sinope di pantai Laut Hitam.

Setelah menyeberangi Laut Hitam, ia tiba di Kaffa, di Crimea, dan memasuki tanah Golden Horde. Dari sana ia membeli kereta dan bergabung dengan rombongan Ozbeg, Khan dari Golden Horde, dalam suatu perjalanan menuju Astrakhan di Sungai Volga.
7:38 PMNo comments

Nasihat Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz

Janganlah kalian menyia-nyiakan persahabatan dengan orang-orang mulia, yaitu
orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi [di sisi Allah], orang-orang yang cahayanya berkilauan.

Demi Allah, memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian, bagaimana sifat kerugian tersebut jika pemimpin mereka (Rasulullah) bersabda, “Celakalah orang yang pada hari kiamat tidak melihatku.”

Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum sholihin tak akan bisa melihat beliau saw. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang beliau saw.
Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan beliau saw. Karena kaum sholihin adalah bagian dari beliau saw, pewarisnya, para khalifahnya, pemegang sir-nya.

Merekalah pemegang sir setelah nabi.
Merekalah pewaris, semulia-mulia pewarisnya.

Mereka itu seperti Sayyidina Abdullah Al-Haddad yang telah disifatkan oleh Sayidina Ali bin Muhammad Al-Habsyi dalam qashidahnya :

“Karena dia sejuklah mata hati Nabi Muhammad.
Bagi beliau ia adalah sebaik-baik keturunannya,
panutan para pengikut, ka’bah orang yang meniti jalan,
dan kebanggaan penduduk desanya.
Nasihat-nasihatnya menebarkan pengetahuan.
Menghinakan si sesat dan si pembuat kerusakan.
Kasih sayangnya meliputi semua umat.
Darinya mereka mengambil manfaat
dengan sebaik-baik pengambilan manfaat.”

“Dialah cucu yang bersambung nasabnya dengan
orang-orang mulia yang kemuliaan mereka
dikenal para pejuang dan pemberani.
Dialah penyalur asrar dan ilmu mereka
kepada keluarga dan anak keturunannya.
Maka semua yang bersuluk setelahnya
bersinar dengan cahaya beliau yang benderang.”

Cahaya ini tak akan padam. Mengapa? Sebab Allah-lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya! Tak ada sebab lain.

Siapakah yang mampu memadamkan cahaya yang telah
dinyalakan oleh Allah SWT?   Demi Allah, cahaya itu tak akan padam!

Tetapi, betapa menyedihkan, di antara kita terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu, yaitu orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan mereka. Mereka masuk ke dalam kelompok lain. Habib Ali berkata:

“Siapa tak menempuh jalan leluhurnya
pasti akan bingung dan sesat.
Wahai anak-cucu nabi, tempuhlah jalan mereka.
tapak demi tapak
dan jauhilah segala bid’ah.”

Siapakah yang lebih mengenal Allah dibanding kaum arifin? Dibanding para imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasul SAW dibanding mereka?

Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraaan dan kasih sayang di antara kalian. Bersiaplah menolong jalan mereka.
Demi Allah, jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar, bukan di negara kalian saja, namun di seluruh penjuru dunia, timur maupun barat, Arab maupun Ajam, Amerika, Eropa maupun Rusia.

Di sana bendera keluarga Sayyidina Habib Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir akan berkibar, bendera ahli thoriqoh ini. Mereka memiliki para penolong yang berkedudukan tinggi. Namun mereka yang tidur, nyenyak dalam tidurnya; yang duduk berpangku tangan, terus duduk saja. Cukup sudah orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah dengan sidq. Amatilah, apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan di rumah kalian.

Bagaimana kalian ini?! Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka,namun di rumah kalian tiap hari yang terdengar hanya berita mengenai orang-orang kafir, orang-orang fasik dan para bintang film?! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!

Namun saat ini sinetron, wanita-wanita fasik dan kafirlah yang mendidik anak-anak kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasik di TV sehingga mereka tak kenal lagi Fatimah Zahra, bagaimana beliau, bagaimana pakaiannya, bagaimana kezuhudannya, bagaimana ibadahnya. Mereka tidak lagi mengenal putri-putri nabi: Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu istri-istri nabi: Khodijah binti Khuwailid, Aisyah As-Shiddiqah, dll.

Kalian meniru orang-orang durhaka padahal kalian muslim, mukmin, memiliki kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan. Kalian mengganti teladan yang telah diridhoi Allah untuk kalian:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik. (QS Al-Ahzab, 33:21)

Apakah kalian berniat mengganti Rasulullah dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian?

Wahai saudaraku, dalam buku catatan amal tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas, siapakah yang akan menghapusnya? Bertobatlah kepada Allah.

Dan Dia-lah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan. (QS Asy-Syuura, 42:25)

Sumber: http://alawiy.wordpress.com/kalam/nasehat-al-habib-umar-bin-muhammad-bin-hafidz/
1:00 PMNo comments